Sinar matahari merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Tanpa cahaya matahari, tubuh tidak bisa memproduksi vitamin D secara alami. Namun di sisi lain, terlalu sering terpapar sinar matahari, terutama tanpa perlindungan yang tepat, bisa meningkatkan risiko kanker kulit.

PAFI BIATAN (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengajak masyarakat untuk lebih memahami bagaimana menyeimbangkan manfaat dan risiko dari paparan sinar matahari. Edukasi ini penting agar kita bisa menikmati manfaatnya tanpa mengabaikan dampak negatif yang bisa muncul.

Manfaat Sinar Matahari: Sumber Alami Vitamin D

Vitamin D sangat penting bagi kesehatan tulang dan sistem kekebalan tubuh. Tubuh kita bisa memproduksi vitamin D secara alami saat kulit terkena sinar ultraviolet B (UVB) dari matahari. Hanya dengan 10–15 menit terpapar sinar matahari pagi setiap hari, tubuh sudah bisa memproduksi vitamin D dalam jumlah yang cukup, tergantung pada warna kulit dan lokasi geografis.

PAFI BIATAN menekankan pentingnya mendapatkan vitamin D secara alami karena peranannya yang besar dalam menjaga daya tahan tubuh, membantu penyerapan kalsium, dan mendukung pertumbuhan serta perbaikan sel.

Selain itu, paparan sinar matahari secara wajar juga diketahui dapat memperbaiki suasana hati. Hal ini berkaitan dengan peningkatan hormon serotonin, yang membantu mengurangi stres dan mendukung kesehatan mental.

Risiko Paparan Sinar Matahari Berlebihan

Meski membawa manfaat, paparan sinar matahari dalam jangka panjang dan berlebihan dapat merusak kulit. Sinar ultraviolet (UV), khususnya UVA dan UVB, dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel kulit yang berujung pada peningkatan risiko kanker kulit, termasuk melanoma, yang paling berbahaya.

PAFI BIATAN mengingatkan bahwa risiko ini semakin tinggi jika seseorang terbiasa beraktivitas di luar ruangan tanpa perlindungan seperti topi, pakaian lengan panjang, atau tabir surya. Anak-anak dan orang lanjut usia juga lebih rentan terhadap efek buruk sinar matahari.

Gejala awal kerusakan akibat sinar matahari dapat berupa kulit yang menghitam secara tidak merata, munculnya bintik-bintik cokelat, hingga luka yang tak kunjung sembuh. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi kanker kulit.

Bagaimana Menyiasatinya?

Keseimbangan adalah kuncinya. Menurut PAFI BIATAN, kita perlu bijak dalam memilih waktu berjemur, durasi, serta perlindungan kulit. Berikut beberapa tips praktis:

  1. Berjemurlah di pagi hari, sebelum pukul 10.00, saat intensitas sinar UV masih rendah namun cukup untuk memicu produksi vitamin D.

  2. Gunakan tabir surya dengan SPF minimal 30 jika beraktivitas di luar ruangan lebih dari 15 menit, terutama pada siang hari.

  3. Kenakan pakaian pelindung seperti topi lebar, kacamata hitam, dan pakaian lengan panjang saat berada di bawah sinar matahari dalam waktu lama.

  4. Perhatikan kondisi kulit secara rutin. Jika ada perubahan warna, bentuk, atau ukuran pada bintik di kulit, segera konsultasikan dengan tenaga medis.

Peran PAFI dalam Edukasi Masyarakat

Sebagai bagian dari PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA, PAFI BIATAN aktif memberikan edukasi mengenai kesehatan masyarakat, termasuk bahaya sinar UV dan pentingnya perlindungan kulit. PAFI percaya bahwa kesadaran masyarakat bisa meningkat jika informasi diberikan dengan cara yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

PAFI juga mendorong para ahli farmasi untuk berperan dalam memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat tentang pemilihan dan penggunaan produk pelindung kulit yang aman dan efektif.

Paparan sinar matahari memang bermanfaat, terutama untuk produksi vitamin D dan kesehatan mental. Namun, jika tidak diimbangi dengan perlindungan dan pemahaman yang cukup, bisa berisiko menyebabkan gangguan kesehatan serius seperti kanker kulit.

PAFI BIATAN mengingatkan bahwa menjaga keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan sinar matahari dan upaya melindungi diri adalah langkah penting dalam gaya hidup sehat. Edukasi dan kesadaran akan bahaya serta manfaat sinar matahari perlu terus ditingkatkan demi masa depan yang lebih sehat.